6 KOLOID
Koloid
Perhatikan gambar di bawah!
Berikan pendapat anda!
Gambar 6.1 Contoh larutan, koloid, dan suspensi
Pendahuluan
Pada bab sebelumnya, kita sudah belajar tentang larutan,
campuran yang homogen antara dua macam zat atau lebih. Pada bab
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami koloid, suspensi dan
larutan
Mengidentifikasi koloid, suspensi
dan larutan
Membedakan macam dan sifat
koloid
Menerapkan sistem koloid dalam
kehidupan
Tujuan pembelajaran
1. membedakan suspensi kasar, larutan sejati, dan koloid berdasarkan
data pengamatan (efek Tyndall, homogen/heterogen, penyaringan)
2. mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
fase pendispersi
3. mendeskripsikan sifat-sifat koloid
4. menjelaskan proses pembuatan koloid
Sirup
(larutan)
Susu
(koloid)
Kopi
(suspensi)
Koloid melibatkan
zat terdispersi dan
zat pendispersi
108
ini, kita akan mempelajari koloid. Sistem koloid sebenarnya terdiri
atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi
sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
disebut medium pendispersi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan
sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh,
hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran
koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu
juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya
juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray
untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid.
Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid.
Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Sistem Dispersi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan
dalam Tabel 6.1
Tabel 6.1 Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi
Larutan
(Dispersi
Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh : Larutan
gula dalam air,
larutan alkohol
Contoh : Campuran
susu dengan air
Contoh : Campuran
tepung dengan air,
kopi dalam air
1) Homogen, tak
dapat dibedakan
walaupun
menggunakan
mikroskop ultra
2) Semua partikel
berdimensi
(panjang, lebar,
atau tebal) <1
nm
3) Satu fase
4) Stabil
5) Tidak dapat
disaring
1) Secara
makroskopis
bersifat
homogen, tetapi
heterogen jika
diamati dengan
mikroskop ultra
2) Partikel
berdimensi
antara 1 nm -
100 nm
3) Dua fase
4) Pada umumnya
stabil
5) Dapat disaring
dengan
penyaring ultra
1) Heterogen
2) Salah satu
atau semua
dimensi
partikelnya
>100 nm
3) Dua fase
4) Tidak stabil
5) Dapat
disaring
dengan
kertas saring
biasa
Larutan, koloid dan
suspensi dapat
dibedakan dari
sifat-sifatnya
109
Pengelompokan Koloid
Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium pendisfersinya,
sistem koloid dapat digolongkan sebagaimana seperti dalam Tabel
6.2, dengan contoh pada Gambar 6.2
Tabel 6.2 Jenis-jenis koloid
Fase
Terdispersi
Fase
Pendispersi
Jenis
Koloid Contoh
Padat
Padat
Padat
Cair
Cair
Cair
Gas
Gas
Gas
Cair
Padat
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Aerosol
Padat
Sol
Sol Padat
Aerosol
Cair
Emulsi
Emulsi
Padat
Buih
Buih Padat
Asap (smoke), debu di
udara
Sol emas, tinta, cat
Kaca berwarna,
gabungan logam, intan
hitam
Kabut (fog), awan,
spray serangga
Susu, es krim, santan,
minyak ikan, kecap
Jelly, mayones,
mutiara, mentega
Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung
Gambar 6.2 Contoh koloid
110
Gambar 6.3
John Tyndall
Macam-macam Koloid
• Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair
terdispersi dalam gas.
Contoh : debu, kabut, dan awan.
• Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi
dalam zat cair.
• Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam
zat cair.
• Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi.
Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak.
Kasein adalah emulgator lemak dalam air.
• Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid
sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air
yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin
membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair
lagi.
Sifat-Sifat Koloid
Efek Tyndall
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki
oleh sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall (Gambar 6.3)
menemukan bahwa apabila suatu berkas
cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka
berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi
apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan
pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas
cahaya tadi tidak akan tampak. Singkat kata
efek Tyndall merupakan efek penghamburan
cahaya oleh sistem koloid.
Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat dilihat pada gambar 6.4 –
6.6 di bawah.
Koloid Larutan
Gambar 6.4 Efek Tyndal koloid
Sifat-sifat koloid
dapat diaplikasikan
pada kehidupan
sehari-hari
111
Gambar 6.6 Hamburan
cahaya oleh asap
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amati seperti:
Di bioskop, jika ada asap
mengepul maka cahaya
proyektor akan terlihat lebih
terang.
Di daerah berkabut, sorot
lampu mobil terlihat lebih
jelas.
Sinar matahari yang masuk
melewati celah ke dalam ruangan berdebu, maka partikel
debu akan terlihat dengan jelas.
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan melakukan percobaan sebagai
berikut:
Aktivitas siswa :
Alat dan Bahan :
1. 1 buah senter
2. 10 ml air + pasir
3. 10 ml air gula
4. 10 ml air sabun
5. 10 ml koloid Fe2O3
6. 10 ml sol Fe(OH)3
7. 10 ml susu
8. 10 ml tinta
9. 8 buah tabung reaksi
10. 1 buah rak tabung reaksi
Gambar 6.5 Hamburan cahaya oleh koloid
112
Cara Kerja :
1. Menyiapkan 10 ml suspensi, larutan dan koloid, seperti yang
tertera pada alat dan bahan, pada tabung reaksi yang
berbeda, diaduk rata, didiamkan sebentar. Kemudian
mengamati apakah zat tersebut homogen/heterogen dan
stabil atau tidak selama didiamkan.
2. Menyinari dan mengarahkan sinarnya pada masing-masing
tabung reaksi dengan menggunakan senter.
3. Mengamati apakah berkas sinarnya dihamburkan atau tidak
oleh larutan atau koloid tersebut dan mencatat hasilnya.
4. Menyaring campuran tersebut, dan mengamati mana yang
meninggalkan residu.
Tabel 6.3 Tabel hasil pengamatan
N
o Campuran
Larut/tidak tabil/tidak
Menghamburkan
cahaya/tid
ak
Meninggalkan
residu/tidak
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Air + pasir
2 Air Gula
3 Air Sabun
4 Koloid
Fe2O3
5 Sol
Fe(OH)3
6 Susu
7 Tinta
Gerak Brown
Sistem koloid juga mempunyai sifat kinetik selain sifat optik
yang telah dijelaskan diatas. Sifat kinetik ini dapat terjadi karena
disebabkan oleh gerakan termal dan gravitasi. Dua hal ini
menyebabkan sistem koloid dapat bergerak zig-zag.
Gambar 6.7 Robert Brown
113
Gerakan ini pertama ditemukan oleh seorang ahli biologi yang
bernama Robert Brown (Gambar 6.7) yang melakukan pengamatan
pada serbuk sari dengan menggunakan mikroskop, sehingga
dinamakan gerak Brown.
Pengamatan mengenai gerak Brown dapat dilihat pada gambar
6.8 dibawah.
Gambar 6.8 Gerak Brown
Adsorbsi
Beberapa sistem koloid mempunyai sifat dapat melakukan penyerapan
(adsorbsi) terhadap partikel atau ion atau senyawa lain (Gambar 6.9).
Penyerapan pada permukaan disebut adsorbsi, sedangkan penyerapan
sampai pada lapisan dalam disebut absorbsi. Daya penyerapan ini
menyebabkan beberapa sistem koloid mempunyai muatan tertentu
sesuai muatan yang diserap.
Gambar 6.9 Adsorbsi ion oleh koloid
Koagulasi
Koagulasi atau pengendapan/penggumpalan yang disebabkan
oleh gaya gravitasi akan terjadi jika sistem koloid dalam keadaan
tidak bermuatan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid
bersifat netral, yaitu:
1. Menggunakan Prinsip Elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid
yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan.
Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan
kehilangan muatannya dan bersifat netral.
Sistem koloid Fe(OH)3
bermuatan positif karena
meng-adsorbsi ion H+
Sistem koloid As2S3 bermuatan
positif karena meng-adsorbsi
ion S2-
114
2. Penambahan koloid lain dengan muatan yang berlawanan
Ketika koloid bermuatan positif dicampurkan dengan koloid
bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling
menghilangkan dan bersifat netral.
3. Penambahan Elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka
partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid
dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga
sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif
(anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi
koagulasi.
4. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar
partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah
banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Sistem koloid dimana fase terdispersinya mempunyai daya
adsorbsi relatif lebih besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih
stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai daya
adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid liofob yang bersifat kurang
stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan sedikit
penambahan larutan elektrolit.
Koloid liofil (suka cairan)
Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar
antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh,
disperse kanji, sabun, dan deterjen.
Koloid liofob (tidak suka cairan)
Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara fase terdispersi
dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada
sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.
115
Tabel 6.4 Perbedaan antara sol liofil dan liofob
Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob
Pembuatan Dapat dibuat langsung
dengan mencampurkan
fase terdispersi dengan
medium pendispersi
Tidak dapat dibuat
hanya dengan
mencampur fase
terdispersi dengan
medium pendispersi
Muatan Partikel Mempunyai muatan
yang kecil atau tidak
bermuatan
Memiliki muatan positif
atau negatif
Adsorpsi
Medium
Pendispersi
Partikel-partikel sol
liofil mengadsorpi
medium pendispersi.
Terdapat proses
solvasi/hidrasi, yaitu
terbentuknya lapisan
medium pendispersi
yang teradsorpsi
disekeliling partikel
sehingga menyebabkan
partikel sol liofil tidak
saling bergabung
Partikel-partikel sol
liofob tidak
mengadsorpsi medium
pendispersi. Muatan
partikel diperoleh dari
adsorpsi partikel-partikel
ion yang bermuatan
listrik
Viskositas
(kekentalan)
Viskositas sol liofil >
viskositas medium
pendispersi
Viskositas sol liofob
hampir sama dengan
viskositas medium
pendispersi
Penggumpalan Tidak mudah
menggumpal dengan
penambahan elektrolit
Mudah menggumpal oleh
penambahan elektrolit
Sifat reversibel Reversibel, artinya fase
terdispersi sol liofil
dapat dipisahkan
dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah
kembali menjadi sol
dengan penambahan
medium pendispersinya
Irreversibel, artinya sol
liofob yang sudah
menggumpal tidak dapat
diubah lagi menjadi sol
Efek Tyndall Memberikan efek
Tyndall yang lemah
Memberikan efek Tyndall
yang jelas
Migrasi dalam
medan listrik
Dapat bermigrasi ke
anode, katode, atau
tidak bermigrasi sama
sekali
Akan bergerak ke anode,
katode tergantung jenis
muatan partikel
Pemisahan Koloid
• Elektroforesis
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, elektroforesis
merupakan peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan
ke salah satu elektroda dalam suatu sistem sejenis elektrolisis.
116
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu
sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka
koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga
sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka
koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif. Salah satu
proses yang menggunakan sistem elektroforesis adalah proses
membersihkan asap dalam suatu industri dengan menggunakan
alat Cottrell. Penggunaan elektroforesis tidak hanya sebatas itu,
melainkan meluas untuk memisahkan partikel yang termasuk
dalam ukuran koloid, antara lain pemisahan protein yang
mempunyai muatan yang berbeda. Contoh percobaan
elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari
koloid X diperlihatkan pada Gambar 6.10.
• Dialisis
Dialisis merupakan proses pemurnian suatu sistem koloid dari
partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan
Pada proses digunakan selaput Semipermeabel (Gambar 6.11).
Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan laju transport
partikel. Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi
penderita gagal ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh
dialisator.
• Penyaringan Ultra
Penyaringan ultra digunakan untuk memisahkan koloid melewati
membran. Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan
tekanan osmosis.
Gambar 6.10 Rangkaian untuk elektrolisis
117
Gambar 6.11 Prinsip dialisis
Pembuatan Koloid
A. Kondensasi
Merupakan cara kimia.
Prinsip umum:
Terjadinya kondensasi partikel molekular membentuk partikel
koloid
Kondensasi partikel koloid
Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi:
Reaksi Redoks
2H2S(g) + SO2(aq) 3S(s) + 2H2O(l)
Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Reaksi Substitusi/Agregasi Ionik
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)
Reaksi Penggaraman
B. Dispersi
Dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun dengan cara kimia.
Prinsip umum :
Partikel Besar Partikel Koloid
Yang termasuk cara dispersi:
Cara Mekanik
118
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar
kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau
penggilingan.
Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam dengan loncatan
bunga listrik. Instrument Busur Bredig dapat dilihat pada
Gambar 6.12.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembutan koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan dengan bantuan pemeptisasi
(pemecah).
Contoh :
i. Agar-agar dipeptisasi oleh air ; Karet oleh bensin.
ii. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, Endapan Al(OH)3 oleh
AlCl3.
Gambar 6.12 Busur Bredig
119
Ringkasan
Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat
yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan
medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
pendispersi. Sistem koloid dapat digolongkan berdasarkan pada fase
terdispersi dan medium pendisfersinya. Koloid mempunyai sifat-sifat
seperti gerak Brown, efek Tyndal, adsorpsi, koagolasi. Koloid dapat
dipisahkan dengan dialisis, elektroforesis dan penyaringan ultra.
Koloid dapat dibuat dengan kondensasi dan dispersi.
Latihan
1. Jelaskan definisi koloid?
2. Jelaskan perbedaan koloid, larutan dan suspensi?
3. Sebutkan macam-macam koloid.
4. Jelaskan sifat-sifat koloid.
5. jelaskan apa yang dimaksud dengan elektroforesis?
6. sebutkan aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar